Sabtu, 16 April 2011

.my_poetry

SEBUAH RASA SEBUAH CERITA

Saat rintik hujan membasahi
Aku tak ingin mengingat semuanya
Ratap tangis hanya bisa ku dengar sendiri
Tanpa ada satu orang pun yang mendengarnya
Saat ini aku ingin melupakan
Saat ini tak seharusnya aku ingat
Slama ini aku tak mampu untuk hidup tanpamu
Aku harus tetap seperti ini
Hidup dengan segala aku
Dengan begitu aku tak bisa mengingatnya
Dengan begitu aku bisa melipakannya
Walau tuk sementara, tapi....
Harus tetap kulakukan...
Yang aku ingin sekarang
Senyum dan tawa yang indah darimu
Itu mengingatkanku pada rasa yang hilang
Aku tahu semuannya
Tak mungkin kembali
Tapi apa mungkin aku salah mengingat
Kenangan?



BEGITU SEMPURNA

Tatapannya yang hangat
mendamaikan gundah hatiku
Kata-kata yang terucap
berikan kekuatan
Curahan perhatian yang telah kau beri
Sungguh sangat teristimewa di hatiku
Kau sangat begitu sempurna
Sungguh jauh untuk ku gapai
tuk memasuki hatimu
Di mataku, kau yang teristimewa
Bukakan pintu hatimu untukku
Karna kaulah warna terindah dalam hidupku
Mengertilah, kau sangat berarti
Berat aku melupakan dirimu
Yang begitu sempurna....



ENTAH MENGAPA?

Entah mengapa...?
Aku bingung dengan perasaanku saat ini
Berdetak jantungku ketika bersamanya
Ketika ku tak bersamanya
Terasa sunyi dalam benak hati ini
Di kala rindu akan dia
Entah mengapa....?
Sampai saat ini, ku masih memikirkannya
apa ini yang namanya
sesungguhan hati tuk inginkan dirimu
Banyak yang kulalui bersama
saat kepedihan dan kesenanganku
Entah mengapa....?
Hati ini, ketika mencoba tuk lupakan tak bisa
Karna aku tahu bahwa dia, hanya menganggap semua dengan mudahnnya
Mencoba tuk mengerti apa yang dia rasakan sekarang
Semakin lama, ku mengetahui bahwa kau...
Tak pantas bagiku...



PERIH

Perih bila kuingat semuanya
Jalan yang pernah kita lalui berdua
Lewati bersama arungi
suka dan duka
Letih kucoba untuk lupakan
kenangan yang telah lama tersimpan
Apa daya aku lewati
Semua cobaan
Aku ingin engkau pergi
Hempaskan semua angan mimpi
Yang ku inginkan kau tak di hati
Tapi tak dapat kupungkiri
Pergi bawalah semua canda
Yang tersisa hanyalah luka
Dalam bayang cinta
Semua terasa indah....




INGINKU

Inginku miliki semua harapan
yang telah ada saat ini
Keinginan yang telah lama terpendam
sampai dunia ini belum berakhir
Terbaik bagi semua
yang telah memberikan diriku
Sebuah harapan yang pasti
Dan telah meyakini diri ini
Cita-cita dan harapan
Yang kuinginkan suatu hari nanti
Tercapai dengan semua usahaku
Hingga diriku menjadi yang terbaik

Kamis, 14 April 2011

new_paper

DERAS AIR MATA MENONTON SANG ANJING
(Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Hachikō)

Hachikō di usia senja
Spesies : Anjing Ras Akita Inu
Jenis kelamin : Jantan
Lahir : 10 November 1923
Dekat kota Ōdate, Prefektur Akita
Mati : 8 Maret 1935 (umur 12 tahun)
Shibuya, Tokyo
Makam : Museum Sains Nasional Jepang
di Ueno, Tokyo
Pemilik : Hidesaburō Ueno
Warna : Putih


Kisah hidup seekor anjing setia ini nih dibuat film.., ckckck bener-bener mengharukan. Gak rugi kok kalau nonton film ini judulnya “ Hachiko dog story”. Tapi sebelum nonton film ini, siapin tissue sebanyak mungkin (hehehe_lebayy…). Aku critakan yaa.. kisah ceritanya gini :

“Pada waktu itu Hachi menjadi anjing peliharaan Profesor Hidesaburō Ueno yang mengajar ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo dan istrinya bernama Yae. Hachi ditemukan di Stasiun Shibuya. Ketika Profesor Ueno berangkat bekerja, Hachi selalu mengantar kepergian majikannya di pintu rumah atau dari depan pintu gerbang. Di pagi hari, bersama S dan John, Hachi kadang-kadang mengantar majikannya hingga ke Stasiun Shibuya. Di petang hari, Hachi kembali datang ke stasiun untuk menjemput.”

“Pada 21 Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia. Hachi terus menunggui majikannya yang tak kunjung pulang, dan tidak mau makan selama 3 hari(so sweet..). Menjelang hari pemakaman Profesor Ueno, upacara tsuya (jaga malam untuk orang meninggal) dilangsungkan pada malam hari 25 Mei 1925. Hachi masih tidak mengerti Profesor Ueno sudah meninggal..”

“Nasib malang ikut menimpa Hachi karena Yae harus meninggalkan rumah almarhum Profesor Ueno. Yae ternyata tidak pernah dinikahi secara resmi. Hachi dan John dititipkan kepada salah seorang kerabat Yae yang memiliki toko kimono di kawasan Nihonbashi. Namun cara Hachi meloncat-loncat menyambut kedatangan pembeli ternyata tidak disukai. Ia kembali dititipkan di rumah seorang kerabat Yae di Asakusa. Kali ini, kehadiran Hachi menimbulkan pertengkaran antara pemiliknya dan tetangga di Asakusa. Akibatnya, Hachi dititipkan ke rumah putri angkat Profesor Ueno di Setayaga.

“Pada musim gugur 1927, Hachi dititipkan di rumah Kikusaburo Kobayashi yang menjadi tukang kebun bagi keluarga Ueno. Rumah keluarga Kobayashi terletak di kawasan Tomigaya yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya. Setiap harinya, sekitar jam-jam kepulangan Profesor Ueno, Hachi terlihat menunggu kepulangan majikan di Stasiun Shibuya.”

“Pada tahun 1932, kisah Hachi menunggu majikan di stasiun mengundang perhatian Hirokichi Saitō dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang. Prihatin atas perlakuan kasar yang sering dialami Hachi di stasiun, Saitō menulis kisah sedih tentang Hachi. Artikel tersebut dikirimkannya ke harian Tokyo Asahi Shimbun, dan dimuat dengan judul Itoshiya rōken monogatari ("Kisah Anjing Tua yang Tercinta"). Publik Jepang akhirnya mengetahui tentang kesetiaan Hachi yang terus menunggu kepulangan majikan. Setelah Hachi menjadi terkenal, pegawai stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya. Sejak itu pula, akhiran kō (sayang) ditambahkan di belakang nama Hachi, dan orang memanggilnya Hachikō.”

“Sekitar tahun 1933, kenalan Saitō, seorang pematung bernama Teru Andō tersentuh dengan kisah Hachikō. Andō ingin membuat patung Hachikō. Setiap hari, Hachikō dibawa berkunjung ke studio milik Andō untuk berpose sebagai model. Andō berusaha mendahului laki-laki berumur yang mengaku sebagai orang yang dititipi Hachikō. Orang tersebut menjual kartu pos bergambar Hachikō untuk keuntungan pribadi. Pada bulan Januari 1934, Andō selesai menulis proposal untuk mendirikan patung Hachikō, dan proyek pengumpulan dana dimulai. Acara pengumpulan dana diadakan di Gedung Pemuda Jepang (Nihon Seinenkan), 10 Maret 1934. Sekitar tiga ribu penonton hadir untuk melihat Hachikō.”

“Patung perunggu Hachikō akhirnya selesai dan diletakkan di depan Stasiun Shibuya. Upacara peresmian diadakan pada bulan April 1934, dan disaksikan sendiri oleh Hachikō bersama sekitar 300 hadirin. Andō juga membuat patung lain Hachikō yang sedang bertiarap. Setelah selesai pada 10 Mei 1934, patung tersebut dihadiahkannya kepada Kaisar Hirohito dan Permaisuri Kōjun.”

“Selepas pukul 06.00 pagi, tanggal 8 Maret 1935, Hachikō, 13 tahun, ditemukan sudah tidak bernyawa di jalan dekat Jembatan Inari, Sungai Shibuya. Tempat tersebut berada di sisi lain Stasiun Shibuya. Hachikō biasanya tidak pernah pergi ke sana. Berdasarkan otopsi diketahui penyebab kematiannya adalah filariasis.”

“Upacara perpisahan dengan Hachikō dihadiri orang banyak di Stasiun Shibuya, termasuk janda almarhum Profesor Ueno, pasangan suami istri tukang kebun Kobayashi, dan penduduk setempat. Biksu dari Myōyū-ji diundang untuk membacakan sutra. Upacara pemakaman Hachikō berlangsung seperti layaknya upacara pemakaman manusia. Hachikō dimakamkan di samping makam Profesor Ueno di Pemakaman Aoyama. Bagian luar tubuh Hachikō diopset, dan hingga kini dipamerkan di Museum Nasional Ilmu Pengetahuan, Ueno, Tokyo.”

“Film Hachikō Monogatari karya sutradara Seijirō Kōyama mulai diputar di Jepang, Oktober 1987. Pada bulan berikutnya diresmikan patung Hachikō di kota kelahirannya, Ōdate. Monumen peringatan ulang tahun Hachikō ke-80 didirikan 12 Oktober 2003 di lokasi rumah kelahiran Hachikō di Ōdate.” Hikz..hikz.. T_T bener- bener mengharukan kisah anjing ini..jadi pengen punya anjing kayak gini…